Kita bertemu di tangga dingin dan ramai itu. Dan disitulah kita mencoba untuk saling mengenal. Mungkin kamu sudah mulai duluan, dan bodohnya aku tidak sadar hal itu. Mungkin aku terlalu sibuk sendiri. Namun, ada sebuah acara agama yang mempertemukan kita. Saat itu kami saling pura-pura tidak melihat. Dalam hati kami ingin berbincang, kami ingin bisa saling memahami. Karena hanya itu jalan satu-satunya agar kami bisa bersatu.
Seiring berlalunya malam menanti pagi, kami semakin dekat. Semakin lama genggaman kami semakin erat, seolah-olah tidak dapat di lepas. Dan itu selalu terjadi dalam beberapa malam. Aku terlalu larut dalam suasana hingga akhirnya tidak melakukan apa-apa. Dan kamu menantikan beberapa kata yang muncul dari pita suaraku. Tetapi aku terdiam bodoh hingga pagi tiba.
Pagi itu detik waktu mulai menunjukan angka 12 dan kita semakin menjauh. Aku pun tetap bertindak bodoh. Perasaan yang tersimpan sejak pertama kita bertemu malah ku simpan rapat-rapat. Kemudian kita sangat berjauhan hinggal akhirnya cahaya yang kita bangun bersama telah sirna. Sejujurnya aku berantakan kalu kamu ga ada disampingku, tapi terima kasih kamu sudah membuka perasaan untuku.
Minggu, 22 Mei 2016
Sesaat kau longgarkan hatimu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar